Saturday 13 July 2019

'Alien' Mungkin Ada di Planet Terjauh dari Bumi

Ilustrasi planet alien Kepler-186f yang diyakini sebagai kembaran Bumi (NASA Ames/SETI Institute/JPL-Caltech)

'Alien' Mungkin Ada di Planet Terjauh dari Bumi

'Alien' Mungkin Ada di Planet Terjauh dari Bumi


Sebuah studi baru memperkirakan bahwa kehidupan alien yang perumahan di alam semesta mungkin dapat terpetakan, dengan semua ilmuwan bakal memiliki tuah terbaik untuk mengejar makhluk asing terebut.

Di masa lalu, semua peneliti mendefinisikan "zona pantas huni" menurut jarak antara planet dan bintangnya.

Planet-planet yang, laksana Bumi, mengorbit pada jarak yang tepat guna mengakomodasi suhu di mana air cair dapat ada di permukaan planet, akan dirasakan sebagai "layak huni". Dan jumlahnya, ada tidak sedikit --menurut keterangan dari riset.

Tetapi, sementara pengertian layak huni tersebut berlaku guna makhluk mikroba dasar --sebuah sel tunggal-- tersebut tidak bekerja guna makhluk kompleks, seperti fauna --mulai dari spons sampai manusia-- kata semua peneliti.

Ketika parameter tambahan tersebut --yang dibutuhkan untuk makhluk kompleks supaya ada-- diperhitungkan, zona pantas huni tersebut menciut secara substansial, kata semua peneliti dalam penelitian berjudul "A Limited Habitable Zone for Complex Life". Dan urusan tersebut mampu menolong periset guna memetakan eksistensi organisme kompleks.

Sebagai contoh, sebanyak planetdengan gas beracun tingkat tinggi, laksana karbon dioksida dan karbon monoksida, akan terbit dari susunan utama.

"Ini ialah kesatu kalinya batas fisiologis kehidupan di Bumi dirasakan untuk memprediksi penyaluran kehidupan perumahan di lokasi lain di alam semesta," kata peneliti Timothy Lyons, seorang profesor biogeokimia terkemuka dan direktur Pusat Astrobiologi Bumi Alternatif di Universitas California, Riverside (UCR), menuliskan dalam suatu pernyataan.

Menguji Hipotesis

Ilustrasi planet yang ditemukan Kepler: Kepler-22b, Kepler-69c, Kepler-452b, Kepler-62f, Kepler-186f, dan akhirnya Bumi

Untuk menginvestigasi hipotesis itu, Timothy Lyons dan rekan-rekannya membuat model komputer dari iklim atmosfer dan fotokimia (bidang yang meneliti bagaimana bahan kimia yang bertolak belakang berperilaku di bawah cahaya terlihat atau ultraviolet) pada sekian banyak planet.

Para peneliti mulai dengan menyaksikan tingkat karbon dioksida yang diprediksi, gas yang mematikan pada tingkat tinggi namun juga dibutuhkan untuk mengawal suhu di atas titik beku (berkat efek lokasi tinggal kaca) di planet-planet yang mengorbit jauh dari bintang inangnya.

"Untuk menjaga air cair di ambang luar zona pantas huni konvensional, suatu planet akan memerlukan karbon dioksida puluhan ribu kali lebih tidak sedikit daripada yang dipunyai Bumi ketika ini," kata ketua peneliti Edward Schwieterman, seorang teman postdoctoral NASA yang bekerja dengan Lyons, menuliskan dalam pernyataan.

"Itu jauh mendahului level yang diketahui beracun untuk kehidupan insan dan fauna di Bumi."

Setelah toksisitas karbon dioksida dianggarkan dalam persamaan, zona pantas huni tradisional guna kehidupan fauna sederhana diiris menjadi dua, kata semua peneliti.

Untuk kehidupan kompleks laksana manusia, yang lebih sensitif terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi, zona aman tersebut menyusut sampai kurang dari sepertiga lokasi tradisional, semua peneliti menemukan.

Hasil Riset

Bintang Kepler-90 dan delapan planet yang mengorbitnya

Di bawah parameter baru, sejumlah bintang tidak mempunyai zona aman guna organisme hidup; tersebut termasuk Proxima Centauri dan TRAPPIST-1, dua tetangga terdekat Matahari.

Hal itu diakibatkan karena planet-planet di dekat Matahari bisa jadi memiliki fokus karbon monoksida yang tinggi, kata semua peneliti.

Karbon monoksida bisa berikatan dengan hemoglobin dalam darah hewan, dan bahkan jumlah kecil itu dapat mematikan.

(Sebaliknya, riset lain baru-baru ini berasumsi bahwa karbon monoksida barangkali adalahtanda kehidupan di luar Bumi, tetapi laksana yang disebutkan Edward Schwieterman, "planet-planet tersebut tentu bukan lokasi yang baik guna kehidupan insan atau fauna seperti yang anda kenal di Bumi.")

Pedoman baru dapat menolong para peneliti memangkas jumlah planet di mana firasat kehidupan alien tampak menjanjikan, anugerah untuk bidang ilmu tersebut, menilik bahwa ada nyaris 4.000 planet di luar sana yang mengorbit bintang di samping Matahari.

"Penemuan kami meluangkan satu teknik untuk menyimpulkan mana dari sekian tidak sedikit planet yang mesti anda amati lebih detail," kata teman peneliti studi Christopher Reinhard, mantan mahasiswa pascasarjana UCR yang kini menjadi asisten profesor bidang ilmu bumi dan atmosfer di Institut Teknologi Georgia, dalam suatu pernyataan.

"Kami bisa mengidentifikasi planet-planet yang tidak pantas huni dengan kadar karbon dioksida atau karbon monoksida yang ingin terlalu tinggi untuk menyokong kehidupan yang kompleks."

Studi tersebut dipublikasikan online pada 10 Juni 2019 di The Astrophysical Journal.