Tuesday 9 July 2019

Mengungkapkan, Apakah Alam Semesta Itu Berotasi atau Diam di Tempat?

Alam semesta terus berkembang pesat hingga saat ini

Mengungkapkan, Apakah Alam Semesta Itu Berotasi atau Diam di Tempat?

Mengungkapkan, Apakah Alam Semesta Itu Berotasi atau Diam di Tempat?


KARCISTOTO Banyak objek ruang antariksa yang "hidup" di alam semesta, laksana planet, bintang, bulan (satelit alami dari suatu planet), bahkan galaksi. Benda-benda ini mempunyai satu kesamaan: mereka berputar. Jadi, apakah alam semesta berputar juga?

NONTON MOVIE Misteri itu adalahsalah satu yang sudah dipelajari oleh para berpengalaman kosmologi, karena urusan tersebut dapat memberi tahu kita mengenai sifat dasar alam semesta.

BANDAR TOTO ONLINE "Pertanyaan semacam ini yang paling abstrak, laksana halnya mayoritas kosmologi, namun kita yang mempelajari kosmologi beranggapan bahwa itu ialah cara guna mempelajari fisika dasar," kata Tess Jaffe, seorang astrofisikawan di University of Maryland dan asisten ilmuwan penelitian di Goddard Space Flight Center NASA.

"Ada hal-hal tertentu yang tidak bisa kami uji di laboratorium di Bumi, jadi kami memakai alam semesta dan geometri alam semesta, yang bisa memberi tahu anda sesuatu mengenai fisika fundamental," imbuhnya.

Para ilmuwan, ketika beranggapan tentang sifat dasar alam semesta, mengawali dengan menduga bahwa alam semesta tidak berputar dan isotropik atau tampak sama di segala arah.

Anggapan ini sejalan dengan persamaan Einstein. Dari pemikiran tersebut, semua ilmuwan membina standar model kosmologis yang mencerminkan alam semesta.

"Dugaan itu benar-benar dikodekan dengan teknik kita mengerjakan perhitungan, teknik kita meneliti data dalam melakukan tidak sedikit hal," ujar Daniela Saadeh, seorang peneliti dari School of Physics and Astronomy di University of Nottingham, Inggris.

"Tapi anda harus mengujinya. Kamu tidak melulu bisa bercita-cita untuk yang terbaik," imbuh dia.

Untuk menyaksikan apakah asumsi mengenai alam semesta dan fisika fundamentalnya benar, semua periset mengoleksi pengamatan guna menguji model mereka.

Secara khusus, mereka memakai cahaya dari latar belakang gelombang mikro kosmik atau CMB. Cahaya ini ialah cahaya tertua yang bisa mereka amati --terpancar melulu 380.000 tahun sesudah Big Bang-- dan adalahsumber informasi bagi berpengalaman kosmologi yang mempelajari alam semesta.

CMB terlihat nyaris identik di masing-masing arah, namun ada variasi kecil dalam suhunya, yakni melulu seperseribu derajat yang telah diprovokasi oleh sejarah, konten, dan geometri alam semesta.

Dengan mempelajari perbedaan-perbedaan ini, semua peneliti dapat menyaksikan apakah alam semesta berputar, sampai-sampai ini juga punya masa rotasinya. Pengukuran polarisasi cahaya pun dapat menyerahkan informasi mengenai geometri alam semesta.

Kesimpulannya...

Alam Semesta

Sementara itu, semua ilmuwan mengejar bahwa cahaya CMB tidak mengindikasikan bukti bahwa alam semesta berputar. Begitu pula dengan adanya bisa jadi bahwa alam semesta ialah isotropik, yaitu melulu 120.000 berbanding 1.

Itu artinya, alam semesta bakal terlihat sama di mana pun anda melihat, menurut keterangan dari sebuah studi tahun 2016 dalam jurnal Physical Review Letters yang dipimpin oleh Saadeh dan Stephen Feeney, berpengalaman astrofisika di Imperial College London.

Studi beda menemukan bisa jadi 95% bahwa alam semesta homogen, yang berarti format dan posisi alam semesta ialah sama, di mana pun, dalam pemantauan skala besar.

Semua penelitian tersebut mengindikasikan bahwa alam semesta mayoritas seragam dan tidak berputar. Kesimpulan ini ialah salah satu yang tidak barangkali berubah.

Pengukuran polarisasi CMB di masa mendatang mungkin akan menolong para ilmuwan guna menambahkan data dalam riset ini, namun hasil terbaru tersebut kemungkinan tidak akan menolak temuan sebelumnya.