Thursday 11 July 2019

Teori Ini Menjelaskan Mengapa Saturnus Memiliki Cincin

Saturnus

Teori Ini Menjelaskan Mengapa Saturnus Memiliki Cincin

Teori Ini Menjelaskan Mengapa Saturnus Memiliki Cincin


Sejak kesatu kali masuk dalam bidikan teleskop Galileo pada tahun 1610, Saturnus sudah unik perhatian berkat cicin misterius yang mengitarinya.

Selama empat abad, semua astronom telah menganalisis hal tersebut. Hingga akhirnya, upaya terbaik sekitar ini telah ditemukan dalam sebuah riset pada Januari 2011 lalu.

Robin Canup di Southwest Research Institute di Boulder, Colorado mengeluarkan teori baru mengenai pembentukan cincin Saturnus di jurnal Nature.

Cincin yang terbentuk di Saturnus adalahsisa-sisa benda langit yang dahulunya mengitari planet tersebut.

Ribuan atau bahkan jutaan benda langit tersebut terkoyak kemudian berbaur mengitari Saturnus sampai-sampai terbentuklah lingkaran serupa cincin (meskipun tersebut berupa bebatuan kecil dan bukan cincin sungguhan).

Diprediksi, cincin yang melingkari Saturnus sudah terbentuk semenjak 4,5 miliar tahun yang lalu. Mulanya, satelit alami di Saturnus berputar ke dalam. Setelah itu, gravitasi Saturnus merobek lapisan luarnya secara perlahan sehingga menciptakan penampakannya seperti ketika ini.

Setelah 10.000 tahun, satelit tersebut hancur dan melebur menjadi bebatuan kecil yang tampak serupa cincin.

Canup menciptakan model komputer yang mensimulasikan susunan planet ini. Model teori tersebut menjelaskan kenyataan bahwa 90 hingga 95 persen cincin Saturnus terdiri dari es. Meskipun cincin ini telah dikotori oleh debu dan puing-puing antariksa luar.

Berdasarkan keterangan dari Larry Esposito, seorang astronom planet terkemuka yang menggarap Misi Cassini NASA guna Saturnus, model-model sebelumnya mengaku bahwa cincin Saturnus berasal dari bulan kecil atau komet yang lewat yang tercabik-cabik oleh gravitasi planet.

Namun, usulan itu tidak berhasil menjelaskan kenapa cincin tersebut sangat dingin, sebab bulan dan komet berisi tidak sedikit batuan panas.

Teori "es" Canup dinilai berhasil. "Dia sudah menemukan teknik yang paling cerdas untuk menyatakan komposisi cincin itu," kata Esposito untuk Life's Little Mysteries.

Saturnus Bisa Dilihat Jelas dari Bumi Malam Ini

Saturnus (NASA)

Kabar terbaru soal planet ini yaitu dapat dilihat malam ini, 10 Juli 2019. Disebutkan bahwa Saturnus sedang di oposisi (purnama), yakni berada di satu garis lurus dengan Bumi dan Matahari.

Posisi tersebut lantas disebut dengan Oposisi Saturnus. Dengan demikian, ukuran nyata planet ini akan terlihat besar dari Bumi dan cahayanya bercahaya cerah di langit.

Bila dikomparasikan dengan 21 bintang sangat terang, Saturnus bakal berada di peringkat ketujuh, melulu sedikit lebih redup daripada Capella di Auriga, dan tidak banyak lebih cerah daripada Rigel di Orion.

Planet Saturnus sedang di atas cakrawala sepanjang malam, dibuka dengan keluar dari tenggara bersamaan dengan terbenamnya matahari sampai menghilang di barat daya ketika menjelang dini hari.

Menurut penjelasan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, Saturnus dapat disaksikan dengan mata telanjang, tetapi ia melulu muncul sebagai bintang yang paling terang, berwarna kuning-putih dengan cahaya stabil di sisi kiri atas, yang lantas dikenal sebagai "Teapot" di rasi Sagittarius --dekat dengan arah pusat Bimasakti.

"Bila disaksikan dengan teleskop, maka cincinnya bakal terlihat," ujar Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin untuk Liputan6.com.

Oposisi Saturnus akan jelas terlihat selama jam 20.00 hingga 04.00 WIB, dan bakal terlihat lumayan cerah di sebelah timur, berwarna kekuningan dan tidak berkedip laksana bintang.