Sunday 1 September 2019

Mengapa Tong Sampah di Jepang Sedikit?



Mengapa Tong Sampah di Jepang Sedikit?

Mengapa Tong Sampah di Jepang Sedikit?

ilustrasi



BANYAK orang bertanya mengapa tempat sampah di Jepang Sedikit. Salah satu dalil utama lokasi sampah tidak banyak di Jepang sebab reaksi terhadap serangan teroris oleh kultus kiamat pada 1990-an.



Jakarta: Di tidak sedikit negara, tempat-tempat umum laksana jalan-jalan kota dan taman mempunyai sejumlah lokasi sampah. kita dengan mudah melemparkan wadah minuman atau bungkus permen karet.



Namun, tidak di Jepang. Banyak pelancong baru memahami bahwa di Jepang tidak cukup tempat sampah umum. Kadang-kadang dapat sangat menjengkelkan. Tetapi itu ialah fakta bahwa orang terbiasa membawa bungkus bekas, kwitansi, dan potongan-potongan sampah lainnya sampai mereka bisa membuangnya dengan benar.

Ada pun undang-undang pengasingan sampah yang paling ketat di Jepang di mana orang mesti mengasingkan dan menata sampah lokasi tinggal tangga mereka. Dan melulu membuangnya pada hari-hari tertentu dalam seminggu atau sebulan. Mungkin ini pun merupakan hal bagaimana orang Jepang memandang sampah dan teknik membuangnya.



Jadi, terdapat apa dengan kurangnya lokasi sampah? Apakah tersebut untuk menghemat duit pada pendanaan publik dan pengasingan limbah?



Apakah orang Jepang begitu sadar bakal sampah mereka, sampai-sampai tidak perlu lokasi sampah? Apakah tong sampah terlampau tidak sedap dipandang?



Karena undang-undang yang ketat dengan melemparkan sampah, apakah Jepang pada tingkat lain saat harus mempertimbangkan dengan sampah? Anda barangkali terkejut mendengar bahwa salah satu dalil utama ialah sesuatu yang sama sekali berbeda: itu ialah reaksi terhadap serangan teroris oleh kultus kiamat pada 1990-an.



Kereta Bawah Tanah (Subway) Tokyo diserang teroris terkoordinasi pada 20 Maret 1995. Sebanyak 5 anggota sekte Aum Shinrikyo mencungkil gas sarin yang mematikan ke kereta bawah tanah di Tokyo memakai kantong plastik yang dibalut koran sebagai mekanisme penyebaran.



Sebanyak 12 orang terbunuh dan lebih dari 5.000 lainnya terluka. Kultus yang sama sudah menyerang hakim yang menangani permasalahan terhadap mereka di Matsumoto, Nagano, tahun sebelumnya. Dan serangan mematikan ini menciptakan Jepang terhuyung-huyung setelahnya dengan kekhawatiran akan bisa jadi serangan teroris lainnya.



Gas sarin sangat riskan dan bahkan bidalnya saja dapat membunuh orang dewasa. Gas sarin yang dicungkil di kereta memprovokasi ribuan orang; lebih dari 5 ribu pergi ke lokasi tinggal sakit di mana dampaknya berkisar dari kritis sampai kecil.



Beberapa penumpang bahkan pergi bekerja, tidak menyadari bahwa mereka sudah terpengaruh hingga mereka menyaksikan kejadian di berita sesudah itu. Gas sarin memprovokasi sistem saraf dan dapat mengakibatkan masalah pernapasan, kehancuran neurologis, penyusutan pupil, mual, dan kejang.



Gas Sarin, yang dirasakan sebagai senjata pemusnah massal, sangat riskan karena tidak berwarna dan tidak berbau serta mematikan. Produksi dan penimbunan sarin dilarang pada 1997 oleh Konvensi Senjata Kimia.



Para pelaku kesudahannya tertangkap, tetapi sedangkan itu, ada tidak sedikit orang fobia yang menuntut pemerintah mengerjakan sesuatu untuk mengayomi warganya dan menolong mencegah serangan lagi di masa bakal datang.



Salah satu langkah ketenteraman yang diambil ialah mengeluarkan lokasi sampah, sebab mereka dapat menjadi lokasi persembunyian potensial untuk senjata teroris lainnya. Tindakan serupa telah dipungut di kota-kota beda secara internasional sesudah serangan teroris lainnya, laksana di London sesudah pemboman oleh Tentara Republik Irlandia.



Sejak itu, lokasi sampah belum pulang ke Tokyo, dan tampaknya tempat-tempat beda di Jepang mengikuti misal yang sama.



Bahkan sekarang, lebih dari 20 tahun sesudah serangan itu, gampang untuk menyaksikan perilaku anti-teroris didorong, khususnya di stasiun kereta. Penumpang didesak guna memberi tahu staf andai mereka menyaksikan orang atau tas yang mencurigakan.



Menjaga pemeliharaan di lokasi sampah ialah satu hal, namun tidak barangkali untuk mengecek tas dan pakaian seluruh orang sebelum mereka naik kereta. Mudah-mudahan, serangan maut pada tahun 1995 ialah yang terakhir Tokyo bakal lihat.



Sedikit Tempat Sampah, Sampah Berkurang?

Sementara serangan teroris tahun 1995 sering ditetapkan sebagai dalil utama kurangnya lokasi sampah umum ketika ini, barangkali ada dalil lain juga. Ketika berkata dengan seorang rekan Jepang mengenai masalah ini, dia menuliskan dulu ada lokasi sampah umum di kota-kota, tetapi, pada ketika itu, terdapat lebih tidak sedikit sampah di jalanan juga. Setelah mereka menghilang, ternyata sampah tersebut juga. Bagaimana ini dapat terjadi?

Ini barangkali tampak kontra-intuitif, namun logikanya terletak di dalam "broken windows theory," suatu teori kriminologis penetapan norma. Berdasarkan keterangan dari teori tersebut, orang bakal lebih ingin memecahkan jendela lokasi tinggal yang telah mempunyai jendela rusak.

Demikian juga, orang lebih ingin membuang sampah di lokasi yang telah memiliki tidak sedikit sampah di sana. Jika sampah tetap terdapat dalam tong sampah, maka tersebut tidak terlihat.

Namun, andai pekerja kota tidak bisa mengimbangi sampah, atau andai tidak ada lumayan uang untuk menunaikan mereka, sampah bisa meluap. Luapan ini tidak benar-benar menghentikan orang guna terus menimbun sampah, dan andai itu ialah hari yang berangin, berpotensi mengakibatkan kekacauan besar.

Sampah menyebar, dan mungkin sebab ini, orang lain barangkali lebih ingin membuang lebih tidak sedikit sampah ke tanah sehingga memperlihatkan "teori jendela pecah".


Tentu saja, akan tidak jarang kali ada orang yang akan melemparkan sampah tidak peduli seberapa bersih lokasi itu, dan tidak peduli kemudahan apa yang terdapat di dekatnya. Ada begitu tidak sedikit faktor yang mesti diperhitungkan, dan korelasi tidak tidak jarang kali sama dengan penyebabnya.


Meskipun susah untuk mengejar tempat sampah umum di Jepang, pun relatif susah untuk mengejar sampah di jalan atau di kereta dikomparasikan dengan negara lain. Ini ialah salah satu urusan yang digemari pengunjung mengenai negara ini, dan barangkali bukan gagasan buruk untuk negara lain guna mengikuti misal Jepang.



Apa yang mesti saya kerjakan dengan sampah saya?

Anda bisa berhati-hati laksana yang kita inginkan, namun sangat barangkali bahwa pada titik tertentu kita akan selesai dengan sejumlah bentuk sampah yang mesti kita singkirkan. Dalam fakta hidup di dalam sistem, bahkan orang yang sangat ramah bumi pun tentu akan terjebak di luar dengan sampah untuk dilemparkan di sejumlah titik.


Meskipun terdapat keluhan yang barangkali Anda dengar, sungguh tidak buruk andai tidak memiliki tidak sedikit tempat sampah umum di Jepang. Bagi satu hal, sejumlah tempat kita akan mengejar tempat pembuangan ingin tempat Anda memungut barang atau barang yang akan dilemparkan di lokasi kesatu.


Pergilah ke toko serba terdapat dan kita akan menyaksikan tempat sampah untuk dapat dibakar, tidak dapat dibakar, kaleng, botol kaca, dan plastik. Sangat jarang mengejar toko yang tidak mempunyai layanan ini.

Karena orang membeli tidak sedikit barang di sini yang memakai pembungkus plastik, masuk akal untuk toko-toko guna menyediakan teknik untuk membuangnya. Di samping itu, mayoritas mesin penjaja otomatis mempunyai tempat sampah daur ulang guna botol plastik dan kaleng di sebelahnya.

Kemungkinannya ialah Anda bakal berada jauh dari mesin lokasi Anda tadinya membeli teh susu atau sup jagung kalengan, tetapi, sebab mesin penjaja otomatis terdapat di seluruh tempat, pasti tidak bakal menjadi masalah besar.

Hanya perlu dikenang bahwa lokasi sampah itu melulu untuk jenis sampah yang ditunjuk-jangan masukkan kertas isian atau plastik ke dalam lubang berlabel "kaca", misalnya. Jepang paling sadar bakal daur ulang, dan diinginkan Anda mengekor aturan ketika berada di sana.

Tempat umum terakhir untuk melemparkan sampah ialah di peron kereta. Memang, Anda mesti sudah melalui gerbang tiket, namun paling tidak kita tidak mesti membawa sampah di kereta atau berkeliling dengan kita setelah menjangkau tujuan.

Cukup menggali tempat sampah yang besar dan gampang dikenali di peron, cek ulang label untuk menyaksikan apakah mereka bisa dibakar, kaleng, dan lain-lain, buanglah sampah kita di sana.

Makan di depan umum, terutama ketika berjalan, umumnya digemari di Jepang, tetapi tidak sedikit orang barangkali mengakui bahwa lebih dari sekali mereka sudah mengonsumsi bola nasi yang dibalut plastik dari toko lokal guna sarapan sambil santap dalam perjalanan.

Menunggu di peron guna naik kereta api juga dapat menjadi peluang yang baik guna menghemat masa-masa dan mencuci tas atau isi kantong Anda. Bagi keselamatan, lokasi sampah lazimnya dikemas dengan tas tembus cahaya, yang berarti sulit untuk teroris potensial guna menyembunyikan apa juga di dalamnya dan karena tersebut menjaga ketenteraman dengan menyingkirkan kaleng sampah di lokasi kesatu yang tadinya disiapkan.

Kemungkinannya ialah Anda bisa memegang sampah yang barangkali telah kita kumpulkan dalam masa-masa singkat sampai-sampai Anda perlu mengejar tempat guna membuangnya dengan benar tanpa tidak sedikit ketidaknyamanan.

Masukkan ke dalam kantong plastik, ikat, dan bawa atau masukkan ke dalam tas Anda. Juga, siapa tahu? Mungkin dengan memegang sampah kita tidak banyak lebih lama, kita barangkali akhirnya memungut sedikit tanggung jawab atas perbuatan kita dan mengupayakan memikirkan cara-cara saya dan anda bisa membuang sampah dalam kehidupan kita, menjadikan masyarakat yang lebih bersih dan lebih peka.(Medcom/OL-11)