Wednesday 16 October 2019

Fenomena Penyakit Mental di Industri Hiburan, Apa Penyebabnya

Fenomena Penyakit Mental di Industri Hiburan, Apa Penyebabnya

Fenomena Penyakit Mental di Industri Hiburan, Apa Penyebabnya

KarcisToto Togel SGP – Penyakit mental dan bunuh diri bukan urusan baru di industri hiburan. Bahkan, sejumlah selebritis memilih menyelesaikan hidupnya dampak depresi yang mereka alami. Sebut saja Kurt Cobain, Robin Williams, Chester Bennington ‘Linkin Park’, Jonghyun ‘SHINee’, dan sekarang Sulli.
Pada 2015, Entertainment Assist, merilis sebuah riset yang mengungkap masalah kesehatan mental serius yang dirasakan para pekerja di industri hiburan di Australia. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa isu kesehatan mental dan bunuh diri di kalangan industri hiburan ini, jauh lebih menonjol dari populasi umum di Australia.
Apa penyebabnya?
Semangat dan komitmen mereka yang bekerja di dunia hiburan kadang ternoda oleh lingkungan yang tidak cukup positif dan tidak suportif.
Beberapa partisipan riset yang terdiri dari semua musisi, komposer, operator media dan penyokong pertunjukkan, menyatakan mengalami perundungan, pelecehan seksual, seksisme dan rasisme di dunia kerja mereka.
Para partisipan kadang merasa mereka tidak didukung, diremehkan dan tidak jarang kali dikritik.
Dianna Kenny, Profesor Psikologi dan Musik di University of Sydney, pada 2014, menyatakan, tidak sedikit musisi yang merasa dicekik, dikurung dan dikuasai, oleh atasan dan peminat mereka sendiri. “Dan kesudahannya mereka menyimpulkan untuk menyelesaikan hidup,” ujarnya.
Di samping itu, Entertaintment Assist melaporkan, penyebab tingginya penyakit mental pada pekerja seni meliputi kegelisahan tidak dapat memperlihatkan yang terbaik, perasaan tidak dimengerti oleh masyarakat luas, kegiatan yang menumpuk, kekhawatiran bakal karier yang meredup, upah yang tidak seimbang dengan rasa lelah, serta hal keamanan.
Seperti yang anda tahu, mereka yang bekerja di industri hiburan kadang mesti tampil sampai larut malam dan di akhir pekan. Bahkan, mesti tidak jarang kali siap di waktu-waktu yang tak terduga.
Kondisi ini menjadi di antara ‘faktor risiko’ yang memprovokasi pola istirahat dan hubungan sosial mereka. Akibatnya, tingkat depresi, kegelisahan dan masalah kesehatan mental lainnya, meningkat.
Penelitian ini mengaskan, risiko depresi pada pekerja di industri hiburan, lima kali lipat lebih tinggi dibanding penduduk Australia biasa. Tingkat kegelisahan mereka juga lebih tinggi.
Menderita dalam diam
Sayangnya, mereka yang merasakan depresi di dunia entertainment kadang susah mencari pertolongan profesional. Bahkan, sejumlah dari mereka tidak tahu mesti mencari sokongan dari siapa di industri ini.
Terlepas dari pertolongan anggota family dan orangtua tersayang, mereka pun membutuhkan urusan yang sama dari industri supaya tetap ‘sehat’.
Karena tidak tahu mesti mengadu ke siapa, semua pekerja di industri hiburan ini sering terjerumus pada alkohol dan obat-obatan terlarang. Lebih parahnya lagi, mereka akhirnya menyimpulkan untuk bunuh diri.
Antara tahun 1950-2010, terdapat dua sampai tujuh permasalahan bunuh diri pada musisi, per tahunnya.
Pencegahan
Entertainment Assist memberikan susunan rekomendasi yang mesti dilaksanakan untuk menangani gejala ini. Berikut ringkasannya:
Dukungan sosial dari industri hiburan mesti dibangun
Lingkungan kerjanya yang dideskripsikan paling ‘beracun’ dan kompetitif, diperbanyak dengan adanya perundungan, seksisme, rasisme dan pelecehan mesti diubah.
Industri hiburan mesti meluangkan layanan psikolog atau psikiater yang dapat dengan gampang diakses oleh semua pekerja
Gairah dan kreativitas pekerja mesti didukung dan dipelihara
Adanya intervensi dan rencana pencegahan guna mereka yang mengindikasikan tanda-tanda hendak bunuh diri
Perlu adanya pemahaman mengenai akibat negatif dari industri hiburan sampai-sampai orang-orang menyimpulkan untuk terjun ke dunia ini dapat menyiapkan strategi ‘perlindungan diri’.